Saturday, November 6, 2010

Merokok Tingkatkan Resiko Osteoporosis

Merokok Tingkatkan Resiko Osteoporosis

Hampir semua orang di muka bumi mempunyai pendapat yang sama tentang kebiasaan merokok, yakni merugikan kesehatan! Namun, lambat laun, pendapat tersebut makin terkikis dan seolah kehilangan 'greget'-nya, atas berbagai efek negatif yang dibeberkannya. Kebiasaan menghisap rokok, seolah menjadi bagian dari hidup, seolah turut menjadi 'vitamin', disamping kebutuhan pokok akan makanan dan minuman. Walau sesungguhnya 'vitamin' yang terkandung dalam sebatang rokok itu adalah racun yang berbahaya bagi tubuh.

Bila selama ini masyarakat mengetahui efek rokok menyerang kesehatan organ pernapasan dan reproduksi, ternyata rokok juga bisa mengantarkan Anda pada resiko osteoporosis alias penyakit keropos tulang. Fachry Ambia Tandjung, Ketua Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) Jawa Barat, mengatakan, perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang.

Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga, susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan.

"Rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, ya proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, langsung tidak langsung, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis," ujarnya.

Dia tidak tahu persis seberapa besar kemungkinan perokok terkena penyakit tersebut dibanding yang tidak merokok, karena belum pernah meneliti intensif. Namun, Fachry meyakini sepenuhnya bahwa perokok memiliki risiko terkena lebih tinggi. Mungkin bisa dua kali lipat, katanya.

Dia lalu menyodorkan data Puslitbang Gizi Depkes. Dalam data tersebut disebutkan bahwa 27,7% penduduk Sumatra Selatan terkena osteoporosis, berikutnya Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Sumatera Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%), dan Kalimantan Timur (10,5%).

"Selidik punya selidik, daerah-daerah tersebut adalah daerah dengan kultur masyarakat merokok yang kuat. Lihat saja di Yogyakarta dan Jawa Timur. Dari kota hingga pedesaan, laki-lakinya hampir semuanya merokok," ujarnya.

Atas dasar itu, dokter di RS Advent Bandung tersebut menilai secara keseluruhan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang rawan terkena osteoporosis, karena menurut pengamatannya, lebih dari separuh penduduk menghisap rokok. Dia bahkan mengatakan, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir Depkes, yang mematok angka 19,7% dari seluruh penduduk dengan alasan perokok di negeri ini urutan ke-2 dunia setelah China.

Fachry menambahkan, saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti. Jadi, apabila tulang Anda lebih mudah ngilu, letih, dan sakit dibanding periode sebelumnya, bisa jadi tubuh anda tengah dimasuki gejala awal penyakit yang telah menimpa lebih 200 juta penduduk dunia tersebut.

Selain itu, perokok dalam jumlah kecil memang akan lebih kecil terkena dan yang menghisap banyak akan lebih mudah disergap penyakit silent disease itu. Namun, jangan pernah punya pikiran osteoporosis tidak akan menimpa seseorang yang merokok sebatang sehari.

"Itu asumsi yang salah. Sama salahnya dengan asumsi merokok tidak apa-apa asal diimbangi olahraga yang cukup. Mau satu gram sekalipun, nikotin tetaplah nikotin. Membahayakan kesehatan seseorang," ujarnya.

Menurut dia, asumsi yang salah di masyarakat juga ada pada mitos suplemen asupan kalsium tinggi yang diklaim bisa mengatasi osteoporosis. Imbas gaya hidup serba instan dan terbujuk bahasa iklan, paparnya, membuat masyarakat kini beranggapan osteoporosis pada perokok bisa teratasi dengan meminum rutin tablet efferfescent atau susu yang kaya kalsium.

Padahal, suplemen tersebut tak ubahnya dengan aksesoris mobil yang tanpanya mobil masih tetap bisa berjalan. Dia menegaskan suplemen hanyalah obat tambahan yang komplementatif dan tidak bisa dijadikan solusi efektif mengatasi ancaman penyakit keropos tulang tersebut. Lantas, bagaimana mengatasi osteoporosis bagi perokok?

Fachry menjawab singkat: Berhenti total! Tidak merokok sama sekali, menurut dia adalah asumsi paling benar dalam melawan penyakit tersebut. Berhenti merokok, selain membuat estrogen dalam tubuh seseorang tetap beraktivitas juga mengeliminasi risiko kehilangan sel pembentuk tulang selama hidup yang mencakup 20%-30% pada pria dan 40%-50% pada wanita.

Sebagai orang yang pernah kecanduan merokok, dia sadar berhenti merokok tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namun, dia menggarisbawahi tentang dua hal penting yang harus diingat perokok yang ingin berhenti, yaitu terus mengingat efek negatif rokok serta memperteguh niat hidup sehat sebagaimana dianjurkan agama.

Selain berhenti merokok, dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Dicky Mulyadi, menyarankan agar masyarakat rajin bergerak, mengonsumi makanan bergizi dalam takaran seimbang, rutin berolahraga, serta membiasakan terkena sinar matahari pagi dan sore.

Khusus olahraga, bagi yang masih mampu, sangat dianjurkan melakukan olahraga jenis contact sports seperti sepakbola, basket, voli, dan sebagainya. Bila fisik dirasa tidak mampu lagi, maka lakukan olahraga berenang, jalan pagi, dan senam ringan. Sementara untuk konsumsi makanan bergizi, dianjurkan memakan kalsium yang terkandung dalam produk susu, buah-buahan, sayuran, telur, belut, dan ikan. (sudarto). (www.ristek.go.id)

No comments:

Post a Comment