Wednesday, November 10, 2010

Keluarga Besar Lolo Soetoro

dari kiri Lolo Sutoro ,Ann Dunham,Maya Sutoro dan Obama waktu kecil

Barack Hussein Obama memang hanya empat tahun tinggal di Indonesia. Namun, laki-laki yang kemarin resmi diumumkan sebagai presiden terpilih ke-44 Amerika itu punya kenangan yang mendalam tentang Soetoro yang dianggap sebagai ayah tiri yang baik.

RIDLWAN HABIB, Jakarta

SUATU hari sepulang dari bermain dengan anak-anak di kawasan Menteng, Jakarta, kepala Barry Soetoro -panggilan Barack Obama- benjol seukuran telur ayam. Dia baru saja berkelahi dengan seorang anak yang mencuri bola temannya. Rupanya, ketika terpojok, si anak tadi melempar batu ke kepala Obama.

Kepala Barry memar, tapi tidak berdarah. Dia pulang disambut sang ayah, Lolo Soetoro, yang sedang berada di halaman rumah bersama sepeda motor kesayangannya. ”Ini tidak adil,” kata Soetoro saat mendengar Barry melapor dengan sedikit merengek.

Esoknya, ayahnya membeli dua pasang sarung tinju. Dengan mengenakan sarung tinju kulit yang masih baru itu, Soetoro kemudian mengajarkan Obama tentang teknik-teknik bertinju. ”Hal pertama yang kamu ingat ialah melindungi diri. Jaga tanganmu selalu di atas,” kata Obama menirukan nasihat Soetoro.

Suatu saat tangan Obama turun agak longgar sehingga sebuah pukulan sang ayah mengenai rahangnya. ”Ayo, perhatikan,” kata sang ayah yang bekerja di bagian topografi TNI itu dengan wajah berkeringat. ”Laki-laki memanfaatkan kelemahan pria lain. Seperti dalam hubungan antarnegara, yang kuat mengambil tanah si lemah. Jika wanita si lemah tadi cantik, yang kuat akan mengambilnya,” katanya memberikan nasihat kepada anaknya agar tak lengah.

Kenangan Obama tentang ayah tirinya ditulis dalam buku memoarnya, Dreams from My Father, yang terbit pada 1995. Alumnus Harvard University itu terkesan dengan sang ayah yang mengajarkan bagaimana ”kerasnya” dunia bekerja.

Pelajaran tinju itu begitu berkesan sehingga Obama yang sejak kecil ditinggal ayah kandungnya, Barack Hussein Obama, pulang ke Kenya, Afrika, tetap mengingatnya hingga saat dewasa. ”Saya masih sangat ingat, ayah tiri (Lolo Soetoro) saya adalah seorang yang baik yang memberi saya beberapa hal yang sangat membantu,” kata Obama ketika ditanya wartawan di sela-sela upayanya maju dalam pilpres lalu.

Meski hanya anak tiri, Obama alias Barry Soetoro memang diperlakukan seperti anak sendiri oleh Soetoro. Karena itu, sang ayah juga sering mengajak bocah berambut keriting dan berkulit gelap itu ke saudara-saudaranya di Jakarta. Salah seorang keponakan Soetoro yang masih mengingat Obama adalah Noeke Soegio. Dia adalah anak Soegio, kakak Lolo Soetoro, yang tinggal bertetangga dengan keluarga Soetoro di Menteng Dalam.

”Kami sering risi karena Barry sangat iseng. Suka menggoda anak-anak perempuan. Ya, tapi itu wajar kenakalan anak kecil,” kata Noeke yang ayahnya berdinas di Mabes Polri itu.

Menurut Noeke, suatu kali dirinya diajak makan malam di rumah Om Lolo Soetoro. Kebetulan Tante Ann Dunham, ibu Obama, masak daging, tapi agak alot. ”Saya pakai garpu, eh mencelat. Obama tertawa,” kata Noeke. Lalu, Obama mengajak Noeke makan pakai tangan. ”Mama sih nggak pintar masak, jadi dagingnya keras,” ujarnya menirukan komentar Obama. Menurut dia, saat itu Obama bisa berbahasa Indonesia.

Barry kecil juga suka mencari ulat bulu di sekitar rumah dan dipamerkan ke anak-anak perempuan. ”Pokoknya kalau ada dia pasti ada saja. Anaknya pintar dan hiperaktif,” katanya. Setelah tiga tahun di Jakarta, Barry lalu dapat adik baru. Ann Dunham melahirkan Maya Kasandra Soetoro di Jakarta pada Agustus 1970. Namun, setelah setahun menemani adiknya di Indonesia, Barry dikirim ke Hawaii. Di sana dia melanjutkan sekolah dengan asuhan kakek-neneknya yang berkulit putih.

Rahayu Nurmaida Soetoro alias Ayu Soetoro (anak Soetoro dengan istri kedua), 24, menambahkan bahwa sang kakak, Maya Soetoro, ketika berusia setahun (1971) dibawa ibunya ikut pindah ke Hawaii. Meski sejak kecil tinggal di Amerika, menurut Ayu yang bekerja sebagai karyawan PT PLN di Bandarlampung, Maya yang kini mengajar di La Pietra Hawaii School for Girls di Honolulu masih bisa berbahasa Indonesia.

”Bahkan, menurut Maya, Barack Obama masih bisa berbahasa Indonesia,” kata Ayu yang masih rajin telepon dan e-mail dengan Maya Soetoro.

Selain bercita-cita ingin mendirikan sekolah internasional di Bali, kecintaan Maya kepada tanah leluhur ayahnya juga diungkapkan saat memberi nama anak perempuan, Suhaila (5). ”Kata Maya kepada saya, dia ingin agar nama anaknya ‘berbau’ Indonesia. Makanya memakai kata Su,” ujar Ayu.

Menurut Ayu, terakhir berkomunikasi lewat e-mail dengan Maya -dalam pidato Obama kemarin disebut sebagai salah seorang yang punya jasa besar dalam kemenangannya- sebulan lalu. Bahkan, Maya berjanji untuk datang kembali ke Indonesia setelah hiruk pikuk pilpres AS. Maya yang bersuami seorang migran asal Vietnam di AS beberapa kali datang ke Indonesia. Termasuk mengunjungi makam Lolo Soetoro di pemakaman Tanah Kusir, Jakarta.

Ann Dunham, ibu Maya dan Obama, juga mencintai Indonesia. Bahkan, saat sudah berpisah dengan Lolo Soetoro pun Ann masih tinggal di Indonesia dan mengajak anggota keluarga Soetoro. ”Setelah pisah dengan Om Lolo (1979), Tante Ann masih sering ke Indonesia. Kalau mampir, suka ajak makan lalap sambal,” kata Nuke Sugiyo.

Ann memang mengikuti program master di Universitas Hawaii. Pada 1976, dia keluar masuk pedesaan Jawa Tengah karena menggarap tesis tentang pekerja wanita di Jawa. Tesis itu baru selesai pada 1981.

Setelah bercerai dengan Ann Dunham, Lolo Soetoro menikah lagi dengan Erna Kustina, mahasiswa Fakultas Hukum Undip, Semarang, pada 1980. Dari pernikahan keduanya itu, Lolo dikarunai seorang anak laki-laki bernama Yusuf Aji (bukan Yusuf Adi seperti tertulis kemarin) yang lahir pada 1981 dan Ayu Soetoro yang lahir 22 Februari 1984. Seperti Ayu, Yusuf Aji kini juga tinggal di Bandarlampung. Yakni, bertugas di Polsek Tanjungkarang Barat.

Hanya tiga tahun setelah kelahiran Ayu, Soetoro sakit-sakitan. Dia sempat dirawat di RS Pertamina, Jakarta, sebelum akhirnya meninggal pada 1987 -pada usia 52 tahun- karena komplikasi liver.

Soetoro yang dulu menganggap Obama seperti anak sendiri memang telah tiada. Namun, keluarga besar Soetoro, trah Martodihardjo Jayeng Prawiran yang berasal dari Jogja, tetap mengingat sang Barry Soetoro yang dulu menjadi bagian keluarga mereka.

”Saya yakin akan banyak sekali urusan (Obama) kalau menjadi presiden Amerika. Tapi, Indonesia yang pernah menjadi tempat bermainnya di masa kecil semoga tetap dikenang Obama,” kata Trisiswati, ipar Lolo Soetoro.

sumber:http://naylabintanghatiku.wordpress.com/2008/11/06/keluarga-besar-lolo-soetoro-kerabat-dekat-presiden-amerikaobama/

No comments:

Post a Comment