Dalam anatomi makhluk mamalia, puting susu (nipple) atau mammary papilla atau teat merupakan kulit dimana terdapat 15-20 lubang keluaran (outlet) saluran susu (lactiferous ducts) yang tertata secara silindris mengelilingi ujung puting. Kulit puting memiliki banyak syaraf-syaraf khusus yang sensitif terhadap rangsangan.
Secara fisiologis, puting berfungsi untuk memberikan ASI ke bayi. ASI diproduksi di dalam kelenjar susu (mammary glands) selama masa menyusui. Meski produksi ASI pada pria mungkin terjadi, puting susu pria tidak disarankan untuk disusu.
Bayi mamalia berinsting dasar kehidupan untuk menggerakkan kepalanya dan membawa mulutnya mencari puting susu saat wajahnya menempel di kulit ibunya. Begitu puting ditemukan, mulutnyapun segera menghisapnya.
Mamalia secara tipikal memiliki puting berjumlah genap, dan tertata secara berpasangan (berhadapan). Jika puting tidak tampak, mungkin itu tanda awal adanya kanker payudara. Puting terbentuk saat manusia masih berupa janin (embryo) disepanjang ‘garis-garis susu’ (milk lines). Hampir semua mamalia memiliki puting jamak (lebih dari satu).
Jumlah total puting adalah jumlah total anak yang dapat dilahirkan pada satu kali kelahiran, dan setengah dari jumlah puting merupakan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan dalam satu kali kelahiran.
Sebagai contoh, manusia. Puting wanita ada dua. Dua adalah jumlah bayi maksimal yang dapat dilahirkan dalam satu kali kehamilan berupa anak kembar. Namun rata-rata wanita melahirkan seorang bayi. Bayi kembar 3, 4 dan seterusnya merupakan kejadian luar biasa dengan probabilitas sangat-sangat kecil.
Pada mamalia primitif (monotreme seperti platypus di Australia), kelenjar susunya kosong dan menempel di kulit tanpa puting. Pada makhluk cetacean seperti ikan paus, bayinya tidak melakukan hisapan ke puting induknya karena struktur mulutnya. Puting paus tidak seperti mamalia lainnya. Tidak dengan dihisap, tapi keluarnya air susu karena kekuatan otot tubuh induk yang berhubungan dengan kelenjar susu. Bayi paus akan memasukkan tonjolan puting ke mulutnya, sang induk kemudian memompakan air susu ke dalam mulut si bayi.
Hampir semua manusia memiliki dua puting pada tubuhnya, terletak (hampir) di tengah-tengah payudaranya dan dikelilingi oleh area sensitif yang berwarna yang bernama areola. Janin manusia mengalami perkembangan beberapa puting disepanjang garis-garis susu (milk lines) yang dimulai dari axilla (ketiak) turun sepanjang otot perut terus sampai kedua selangkangan kiri dan kanan. Puting-puting ini akan menghilang sebelum kelahiran, namun ada juga kemungkinan tidak menghilang. Jika hal ini terjadi maka disebut supernumerary nipples atau polythelia, biasanya kosong tidak ada kelenjar susunya, kalaupun ada kemungkinannya sangat kecil.
Zat warna kulit (pigment) puting dan areola adalah pigment cokelat (eumelanin) dan lebih banyak mengandung pigment merah (pheomelanin). Paparan suhu dingin dan menyusui merupakan penyebab utama puting mengalami ereksi. Ereksi puting merupakan bentuk refleks pilomotor yang menyebabkan puting dan areola berbintil-bintil.
Rangsangan seksual juga dapat menyebabkan puting ereksi. Puting dan areola pria dan wanita merupakan reseptor erotis, bahkan mampu membuat seseorang mengalami orgasme. Kondisi ini biasanya disebut orgasme payudara. Meski mampu membuat orgasme saat diberi rangsangan, puting bukanlah organ seksual manusia karena semua manusia pria dan wanita memiliki puting..
Rata-rata puting wanita berukuran sekitar 1 cm. Saat hamil dan menyusui akan lebih panjang dan biasanya permanen (tidak kembali ke bentuk semula). Kehamilan juga meningkatkan pigmentasi, maka areoala dan puting biasanya lebih gelap saat hamil dan menyusui. Tonjolan puting dibentuk oleh sel otot silindris dan di areola terdapat bintil-bintil kecil yang disebut ‘Montgomery bodies’. Kelenjar Montgomery berisi pelumas agar saat wanita menyusui kulit areola dan puting tidak lecet.
Terkadang bayi (laki dan perempuan) saat lahir menghasilkan air susu. Hal ini disebut ‘witch’s milk’; yang disebabkan pengarih estrogen ibu saat dalam kandungan dan bereaksi terhadap bayi. Hal ini normal-normal saja dan akan berhenti beberapa hari setelah kelahiran.
sumber:http://indahnya-payudara.blogspot.com/2009/05/puting.html
No comments:
Post a Comment